QS. Al-baqoroh ayat 30
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Pertanyaan saya, Kenapa malaikat bisa berkata seperti itu (orang yang membuat kerusakan dan pertumpahan darah), bukankah Nabi Adam manusia pertama? dan adanya ayat al-quran itu sebelom diciptakannya Nabi Adam. Denga berkata seperti berarti masih ada manusia sebelom Nabi Adam?
bagimana tanggapan antum? (kalo pertanyaan yang sama dilontarkan ke antum, apa yang jadi jawaban antum?)
mari kita berbagi ilmu dan sama sama memahami Kalimatulloh..
QS (3): 33 yang menyatakan bahwa "Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat".
Segala puji dan kekaguman kita hanya kepada Allah, Allah nya Adam, Allah nya Nuh, Allah nya Abraham, Allah nya Ismael, Allah nya Ishak, Allah nya Ya’kub, Allah nya Musa, Allah nya Isa, Allah nya Muhammad, serta Raja dan Penguasa alam semesta. Penguasa yang haq untuk diibadati, penguasa alam dan kehidupan umat manusia yang beredar dari masa ke masa, dari generasi ke generasi silih berganti sepanjang masa.
Allah yang telah menciptakan makhluk-Nya dan menyempurnakan dengan ilmu-Nya. Allah telah mengajarkan ilmu-Nya kepada manusia, agar dengan ilmu tersebut manusia sadar akan hakikat dirinya sebagai bagian dari makhluk alam semesta yang harus mengabdikan dirinya kepada Allah secara benar, berdasarkan ilmu-ilmu Allah baik yang ada di dalam Kitab-kitab Allah maupun ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, dalam memahami dan menentukan suatu kebenaran kita harus bertolak ukur kepada Kitab-kitab Allah maupun ilmu pengetahuan serta sejarah.
Kalau kita simak dengan baik, kebanyakan manusia sekarang ini dalam memahami dan menentukan suatu kebenaran bertolak ukur berdasarkan kebanyakan orang dan mengikuti tradisi, ajaran, doktrin dari nenek moyang mereka dan juga berdasar hawa nafsu, keinginan dan pendapat pribadi. Apakah yang demikian itu benar?
Kalau manusia memahami kebenaran seperti itu maka manusia tidak akan pernah mendapatkan kebenaran hakiki atau sejati, yang ada hanyalah kesesatan. Manusia akan mendapatkan kebenaran sejati apabila dia memahami Kitab-kitab Allah
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dan paling tinggi derajatnya di antara makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lainnya, karena manusia dilengkapi dengan akal pikiran, sehingga manusia mampu untuk menentukan, memahami dan membuat sesuatu dengan kecerdasannya. Tetapi kata Allah, manusia akan menjadi makhluk yang rendah tatkala akal pikirannya tidak diisi ilmu-ilmu Allah yang menyebabkan manusia lupa akan hakikat dirinya. Kecerdasan manusia yang seharusnya digunakan untuk mengabdi kepada Allah berdasarkan Kitab-kitab Allah maupun ilmu pengetahuan tetapi yang terjadi hari ini manusia menggunakan kecerdasan tersebut justru kepada sesuatu yang menyimpang dari ketetapan Allah. Dengan kecerdasannya manusia mencoba untuk menyaingi peranan Allah sebagai Sang Pengatur dan Penguasa. Inilah manusia yang bertindak di luar batasnya.
Oleh sebab itu, marilah kita buka akal fikiran untuk memahami Kitab-Kitab Allah dan ilmu pengetahuan agar kita faham dan sadar hakikat manusia yang sebenarnya, bagaimana kejadian manusia dan keterkaitannya dengan alam semesta.
Kalau kita fahami, proses kejadian manusia itu sama, dari manusia yang sekarang ini ataupun manusia yang terdahulu, bahkan sampai manusia yang akan datang. Karena tidak ada perubahan atas penciptaan Allah. Allah, bukanlah Allah yang suka berubah-rubah prinsip penciptaannya, yang suka berganti ketetapannya, tetapi Allah yang pasti, yang tidak pernah berubah ketetapannya.
Inilah pokok permasalahan yang mau kami sampaikan kepada manusia di seluruh dunia bahwa siapakah Adam sebenarnya dan apa hubungannya dengan kita, bagaimana kejadian Adam dan samakah dengan kejadian manusia lainnya?
Banyak sekali orang yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia yang tercipta pertama kali di muka bumi, yang di ciptakan oleh Allah tanpa perantaraan seorang bapak dan ibu. Memang Allah berkehendak dalam menciptakan segala sesuatu, tetapi dalam pencitaannya selalu melalui proses / tahapan, tidak sekali jadi atau “bim salabim”. Kalau ada manusia yang mengatakan bahwa dahulu Allah menciptakan Adam dari tanah liat kemudian ditiupkan roh lalu langsung jadi manusia, jelas pemahaman yang seperti ini sangat keliru, sebab ini sangat bertentangan dengan ketetapan Allah sendiri dan tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan yang masuk akal. Kalau kita mau memahami dengan benar dan sesuai dengan Kitab-kitab Allah dan ilmu pengetahuan, bahwa Allah dalam menciptakan alam semesta maupun manusia selalu dengan beberapa tahapan yang sama. Alam semesta dan manusia diciptakan dengan enam tahapan.
Alam semesta merupakan suatu kumpulan energi yang belum berbentuk apa-apa dan belum dapat disebut, kemudian energi tersebut membentuk gas atau kabut angkasa (Nebula), kemudian Nebula memampat membentuk bintang dan planet-planet, sehingga terbentuklah sistem tata surya dengan tujuh struktur. Selama periode itu, terciptanya juga salah satu planet yang kita kenal yaitu bumi yang masih berupa planet mati yang tanpa air. Proses pergeseran benua membentuk gunung-gunung aktif yang menyemburkan gas hydrogen dan bertemu dengan oksigen di udara dan terbentuklah air. Air inilah sebagai sumber kehidupan. Dari air inilah Allah mencitakan segala yang hidup. Kemudian tumbuhlah tumbuh-tumbuhan dan munculah binatang-binatang di muka bumi. Sehingga ketika bumi tampak keindahannya, Allah menciptakan manusia. Manusia merupakan hasil akhir penciptaan alam semesta oleh Allah.
Cara berpikir Kitab-kitab Allah berbeda dengan paham evolusi. Manusia adalah makhluk lain yang tidak sama dengan binatang yaitu monyet yang sebagaimana dalam pandangan Darwinisme. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah, diciptakan dari ketiadaan dengan melalui enam tahapan. Dan sekali lagi, tidak ada kaitannya dengan evolusi.
Berdasarkan Kitab-kitab Allah, asal-usul manusia bukan dari satu orang seperti pemahaman model Bible perjanjian lama dan perjanjian baru maupun pemahaman yang salah menurut Ahlul Kitab Al-Quran. Baik dari golongan orang Yahudi, Nashrani maupu Agamis Islam menganggap bahwa Adam adalah manusia pertama yang ada di muka bumi. Kemudian dari tulang rusuk Adam terciptalah seorang perempuan yang bernama Hawa. Hal yang seperti itu baik dalam Kitab-kitab Allah maupun secara ilmu pengetahuan tidak ada serta tidak masuk akal.
Dalam Kitab-kitab Allah tidak ada keterangan yang menjelaskan bahwa Adam adalah manusia pertama. Adapun yang mengatakan bahwa Adam manusia pertama karena adanya penafsiran yang keliru dari Kitab-kitab Allah baik Taurat, Injil, maupun Al-Quran.
Ada tertulis dalam Kitab Allah “Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kalian dalam keadaan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kalian saling mengenal”. Ini adalah rumus dasar penciptaan, bahwa manusia dciptakan harus melalui seorang perempuan dalam artian punya seorang ibu dan harus melalui seorang laki-laki dalam artian punya seorang bapak. Kalau ada yang mengatakan Adam tidak punya ayah dan ibu, serta Yesus tidak punya ayah berarti mengingkari ketetapan Allah dalam penciptaan. Yang mengatakan seperti itu berarti tidak faham kitab Allah. Mungkinkah Allah tidak konsisten terhadap ketetapannya sendiri? Kami katakan dengan tegas : “Tidak!” karena Allah selalu konsisten dengan ketetapannya, dengan prinsip penciptaannya. Sudah dikatakan berulang kali bahwa ketetapan Allah tidak pernah berubah dari masa ke masa, dari generasi ke generasi. Hanya orang bodohlah yang mengatakan bahwa ketetapan Allah bisa berubah sewaktu-waktu mengikuti kondisi zaman kehidupan manusia.
Dalam Kitab Allah dijelaskan pada mulanya Allah menciptakan manusia sepasang-sepasang yang masing-masing menjadi nenek moyang setiap ras di dunia. Ras Mongoloid, Ras Negroid, Ras Kaukasoid, Ras Arya, Ras Melayu, dan seterusnya. Allah menciptakan masing-masing ras atau suku bangsa sepasang-sepasang. Dari tiap-tiap pasang ini kemudian berkembang dalam jumlah yang sangat besar. Maka bumi pun dipenuhi oleh manusia-manusia dengan berbagai suku, bangsa, bahasa, ras, dan warna kulit.
Dari keterangan di atas, maka gugurlah persangkaan yang menyatakan manusia itu berasal dari satu orang yaitu Adam. Bahkan dalam ilmu pengetahuan dan sejarah membuktikan pernah diketemukan fosil tengkorak manusia di dalam kerak bumi pada lapisan batu tua yang diperkirakan berumur puluhan ribu tahun lebih tua dari masa hidup Adam. Tetapi berita itu dikubur dan tidak lagi disebarluaskan ke khalayak umum karena tidak sesuai dengan pendapat konvensional atau kaedah archeologi pada umumnya. Jadi hal ini membuktikan bahwa jauh sebelum Adam sudah ada kehidupan umat manusia
Teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah Evolusi dari kera atau keturunan kera. Ini adalah hal yang mustahil karena bertentangan dengan hukum atau ketetapan Allah yang tercermin dalam ilmu tentang hidup, khususnya Genetika. Secara ilmu, gen kera akan melahirkan kera, gen manusia akan melahirkan manusia.
Apalagi ada yang mengatakan bahwa Adam mempunyai seorang istri yang bernama Hawa kemudian mempunyai anak laki-laki dan perempuan, kemudian anak-anak Adam dikawinkan. Jelas ini tidak masuk akal dan melanggar ketetapan Allah. Masak kakak dan adik menikah? Secara ilmu (Genetika) tidak boleh terjadi perkawinan antara kakak dan adik (incest) karena akibatnya akan membuat anak-anak mereka akan cacat dan tidak sempurna.
Pada mulanya sebelum manusia berkembang menjadi besar, manusia hidup serasi dengan alam. Mereka hidup damai dan tidak merusak kesetimbangan alam. Akan tetapi ketika mereka berkembang dalam jumlah yang besar, mereka berubah menjadi makhluk yang serakah. Satu bangsa menyerang bangsa yang lain demi mempertahankan eksistensi dan perebutan kekuasaan atas sumber daya alam. Makhluk yang tadinya damai berubah menjadi makhluk perusak dan menumpahkan darah. Dalam kitab Allah dijelaskan.
“Dan ketika Allah berkata kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak mengangkat seorang pemimpin di bumi. Mereka berkata: mengapa engkau menjadikan seorang penguasa atau pemimpin dari kelompok makhluk yang suka berbuat kerusakan dan menumpahkan darah? Allah menjawab: Aku lebih mengetahui apa yang tidak kalian ketahui”.
Sebagian besar para ahlul kitab memahami ayat ini sebagai dasar bahwa manusia berasal dari satu orang, Padahal dalam kitab tersebut tidak ada yang mengatakan bahwa Allah hendak menciptakan seorang manusia, tetapi Allah akan mengangkat atau menjadikan Adam sebagai seorang pemimpin di muka bumi. Ini berarti bahwa sebelum Adam sudah ada manusia. Allah hendak mengangkat derajat Adam dengan menjadikannya seorang pemimpin di bumi atas manusia-manusia lain. Terhadap rencana Allah itu, malaikat menyatakan keberatan dengan berkata: “Ya Allah, akankah Engkau mengangkat seorang pemimpin di bumi dari kelompok manusia yang selalu berbuat kerusakan dan menumpahkan darah? sedangkan kami beraktivitas dengan memuliakan-Mu dan mengkuduskan-Mu”. Dari protesnya Malaikat ini, kita bisa menangkap bahwa waktu itu para Malaikat telah melihat kebiasaan manusia yang suka berbuat kerusakan dan berperang. Akan tetapi, Allah menjawab:”Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Dari ayat ini bisa disimpulkan beberapa hal. Yang pertama bahwa sebelum Adam sudah ada manusia di muka bumi yang suka berperang dan menumpahkan darah. Yang kedua Adam akan dijadikan seorang pemimpin di muka bumi. Tentunya ada suatu komunitas manusia di bumi pada zamannya Adam maupun sebelumnya. Yang namanya pemimpin harus ada rakyatnya. Apakah mungkin seorang pemimpin tidak punya rakyat yang dipimpin?
Jadi demikianlah, sebelum Adam sudah ada manusia yang suka berbuat kerusakan dan kejahatan. Oleh sebab itu, Allah menjadikan Adam seorang pemimpin umat manusia di bumi untuk menegakkan hukum Allah agar manusia menjadi makhluk yang baik dan benar sehingga bumi menjadi damai sejahtera dalam naungan kerajaan Allah. Adapun lokasi Adam dilahirkan atau pusat kekuasaan Adam adalah di daerah Babilonia, yang dikenal sebagai taman Eden, karena Babilonia pada masa kepemimpinan Adam begitu indah, damai, dan sejahtera bagaikan di kebun Allah.
Adapun dalam kitab Allah yang lain dijelaskan bahwa Adam berada di taman Eden, dimana tempat tersebut terdapat sungai yang mempunyai 4 cabang yaitu Pison, Gihon, Tigris, dan Eufrat. Para ahli kitab Taurat maupun Injil mengatakan bahwa Adam berada di surga yang ada di alam angan-angan. Sebenarnya maknanya bukan demikian, akan tetapi maksud dari ayat tersebut adalah menggambarkan sungai yang mempunyai 4 cabang yaitu sungai Pison, Gihon, Tigris, dan Eufrat. Daerah tersebut adalah daerah Babilonia atau Iraq.
Jadi jelas bahwa Adam bukanlah manusia pertama di muka bumi yang diturunkan dari langit tetapi Adam adalah pemimpin pertama umat manusia yang ada di bumi yang diceritakan dalam kitab-kitab Allah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Adam mempunyai bapak dan ibu sebagaimana halnya manusia pada umumnya yang diciptakan melalui 6 tahapan dalam proses penciptaan, yaitu dari peleburan antara sel sperma dan sel telur yang disebut zygot kemudian berkembang menjadi blastosis, yang merupakan cikal bakal embrio. Selanjutnya menjadi segumpah daging yang akhirnya dilengkapi tulang belulang dan otot, yang pada akhirnya menjadi janin yang sempurna dan lahir menjadi manusia.
“Allah berfirman: Sesungguhnya banyak dari para kisah nabi dan rosul serta orang-orang terdahulu yang tidak dikisahkan dalam kitab Allah”. Kisah Para Nabi dan Rasul dari Adam sampai Muhammad diceritakan semua dalam Kitab Allah, nah kalau ada yang tidak dikisahkan dalam kitab Allah berarti hidupnya pada zaman sebelum Adam.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Semoga ini bisa dijadikan suatu pelajaran bagi kita dan dapat kita ambil nilainya agar kita dalam memahami Kitab-Kitab Allah juga mampu melihat kondisi alam dan sejarah masa lalu dan juga pentingnya ilmu pengetahuan dan sejarah sebagai suatu tolok ukur kebenaran bagi kita.