Minggu, 31 Juli 2011

kabarku( tidak begitu) baik

Beberapa akhir2 ini sering mendapat sms beberapa temen atau nomer yg tidak di kenal dengan pesan “apa kabar”,  aku tahu sih  pertanyaan itu terlontar sekadar untuk memenuhi adab pergaulan.

Tak bisa aku segera memberikan jawaban standar ”baik-baik saja”. Kenapa? Karena dalam satu hari pun, tak mungkin seluruh keadaanku ”baik-baik saja”. Baik di sisi ini, tak baik di sisi itu. Aku agak
selektip memilih jawaban kembali karena mesti memilih jawaban mana yang harus aku berikan: sisi yang baik atau yang tak baik.<---ya memang sih kondisi kesehatan ku juga lagi tidak baik sekarang..

Sebenarnya, menjawab ”baik-baik saja” tidaklah salah, tidak pura-pura, tak pula bohong karena nyatanya memang ada yang sedang ”baik-baik saja”. Namun, ya itu tadi,
kalau hanya  melihat satu sisi yg lain. Repotnya, pertanyaan ”apa kabar” sering datang saat aku bergelut dengan ”sisi yang lagi tidak bak2 saja”..terutama pikiran dan hati..

Maka kalaupun menjawab ”baik-baik saja”, biasanya aku juga menambahkan ”kabar yang tak (begitu) baik”. Dampak jawaban semacam itu tak selalu sama. Kadang jawaban balik berupa motivasi, kadang candaan dan tawa getir, kadang malah tak ada tanggapan
sama sekali

Karena itulah, pada beberapa teman,
sekarang mulai ku coba tidak bertanya ”apa kabar”. Aku coba  bertanya tentang met malam bulan, bintang, met siang awan n... Dari jawaban atas pertanyaan itu, ntr kan ada fedback kabar mereka ,lalu aku raba kabar mereka. Lumayan utuh. Bukan sekadar jawaban standard ”baik-baik saja”.

Minggu, 24 Juli 2011

Sabtu malam minggu yang menggelisahkan


Tarahan 23 juli 2011
Sering karena susah tidur, aku melewatkan larut malam bersama televisi. Beruntung jika film bagus. Jika tidak, waktu terasa kian melambat, namun tetap saja aku biarkan televisi hidup agar kamar tak terlalu sepi. Sebelum tertidur karena tergasak penat, ada saja “kegiatan tak jelas” yang aku lakukan. Dari sebisa bisanya mencoret2 kertas untuk menjadi sebuah sketsa(ya aku suka sketsa hasil karya tanganku ,krn aku suka menggambar), baca buku/novel, makan minum hanya karena iseng, atau keluar kamar ,kehalaman mess  menikmati sejuk angin (syukur alhamdulillah jika langit bertabur bintang dan bulan sedang berwarna keemasan).

Di antara “kegiatan tak jelas” itu, adalah  rutinitas untuk menenteramkan hati yang gelisah,oleh hal yg benar2 aku tidak duga..
Ya ntah kenapa sabtu  malam  minggu kemarin ada hal yang seharusnya membuatku senang,malah menjadi hal yg sangat mengelisahkan sehingga membuat diri ini tak bisa tidur.
Yah munkin karena ada pembicaraan yang tidak tuntas yang sengaja di putusnya oleh karena kemarahannya yang gak tau intinya di tujukan ke siapa pada akhirnya..

Kadang terpikir selalu mmg ternyata setiap niat baik seseorang belum tentu dianggap baik tuk org lain. Ingin saja rasanya pergi jauh2 dari masa lalu..dan tak ingin ku hiraukan lagi.keluh kesahnya..kalau toh kenyataannya aku  selalu jadi pelampiasan kemarahannya (yah setelah kupikir2 mmg ternyata sedari dulu aku selalu menjadi pelampiasan kemarahannya)..kalau aku tetap peduli toh apa sih paedah dan maanfaatnya buatku,,tanpa dia dan masa lalu itu..toh kenyataannya aku bisa tetap berjalan dan berlari kedepan tanpa harus ada beban masa lalu..

Biarlah antara aku dan bulan saja yg tau tentang isi hatiku,, toh . Segala “kekurangan” kemarin sudah berhasil aku lewati dgn baik2 saja tanpa berkeluh kesah,bahwasannya permasalahanku tak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan mereka2 yg kurang beruntung. Sungguh termasuk golongan orang-orang ingkar jika aku selalu saja mengeluhkan keadaan.
 Jika setan tak sedang mengalir dalam darah, aku alirkan kegelisahan dalam sujud malam.

Iblis terkadang mengintip dari celah2 terkecil setiap kegelisahanku untuk menghentikan niat2 baikku kepada seseorang...hmmm, celah2 terkecilku ternyata masih bisa di rasuki..hmm ntahlah smoga dgn sujud malam ini aku masih bisa menutup celah2 terkecilku kembali dari rasa amarah..dan membuat aku akan terus slalu berbuat baik walau balasannya kadang menyakitkan buatku...amien...( by alkahfi).

nb: maaf aku berkeluh kesah


Rabu, 20 Juli 2011

Menemukan" sesuatu "di Gramedia

Sore hari  jam 17.00wib,selasa kamarin sepulang kerja,tidak biasanya ku sempatkan tuk ke gramedia,,ya mungkin krn jadwal seharusnya sabtu aku ke sana sempat tertunda oleh aktipitas gak penting pd sabtu waktu itu(ya seharusnya juga ada cerita juga di sabtu malam tuk di posting tapi kuputuskan ku hidden dulu dech)  dan juga. bukan karna aku sdg lg nyatai sich..tapi tanpa alasan yang jelas..belakangan ini mendadak moodku naik turun gak jelas..he he.. sehingga membuatku benar-2 gak tau apa yg harus aku lakukan,,

Singkat cerita,  sampailah aku di gramedia Raden intan ,aku langsung menuju lantai 2,ya karena di lantai 2 itu tempatnya buku2,,tidak berapa lama aku muter2 di antara rak buku2 dari kejauhan aku seperti melihat sebuah dompet coklat bermotip garis merah tergeletak di atas buku-buku(tidak salah aku di sebut si mata elang) krn benda2 kecil dari kejauhan bisa terlihat jelas kulihat,,begitulah kata org2,,hehe..hmmm kudekati dompet itu,. Aku termangu: kuambil dan kuserahkan kepada karyawan atau kubiarkan saja di situ sampai yang punya menyadari bahwa dia telah kehilangan, kembali untuk mencari, dan menemukan.

hmm, sambil mikir,,kawatirnya ntr kalo kubiarkan ketemu pula dgn org yg tdk tepat/tdk bertanggung jawab,,,hmm jd kuputuskan Kuambil.
Kubuka. Kartu kredit, kartu debet, KTP, dan SIM terselip rapi. Uang? Ada tapi tak kuperiksa berapa. Kuperhatikan  kiri kanan, tak ada yang memperhatikan. Kubawa pulang saja? Tidak. Bukan karena tak ingin, melainkan karena aku tak punya “keberanian”. Lagi pula, sering sudah aku kehilangan barang. Dari HP, Netbook, kamera digital,kehilangan wanita yg kusayang ,bahkan sampai hargai diriku (seperti judul lagu Wali "harga diri)hehe ada2 aja daku,,,. Rasanya, duh, ampun ampunan dech..

Kuserahkan dompet itu kepada kasir. “Mbak, saya menemukan dompet ini di sana, di rak  Novel remaja. Tolong....….” Dia memotong, “Oh iya, mas. Terimakasih.” Lalu menyerahkan dompet itu kepada temannya. “Umumkan…” Sang teman mengumumkan lewat pengeras suara. “Para pengunjung setia Toko Buku Gramedia, telah ditemukan sebuah dompet coklat lis merah ,bagi Anda yang merasa kehilangan, silakan mengambilnya di lantai II.”

Beberapa
orang meraba saku masing-masing ,,Ada yang sambil lalu, ada juga yang serius memeriksa, jangan-jangan dompet dia yang hilang. Hingga sekitar limabelas menit kemudian, tak ada yang mengambil dompet itu. Apakah karena hanya sekali diumumkan? Atau si empunya telanjur pulang? Saat bertanya-tanya begitu, aku berjalan menuruni tangga menuju bordes tempat buku2 terpajang juga di sana,,sekilas aku melihat seorang  perempuan memakai seragam salah satu instansi ,jilbab warna biru naik ke lantai II dengan wajah “panik”..

Dia berjalan ke rak tempat dompet itu kutemukan. Tak ada tentu saja. Dia berjalan lagi ke rak-rak yang lain di sekitar situ. Tentu juga tak ada.
Kuperhatikan dia seperti mengguman penuh risau, geleng-geleng, lihat ke sana kemari, jauh dan dekat. Lalu… memutuskan kembali turun dengan ekspresi tanpa harapan.

Segera kususul
tuh cewe. “Cari apa, Mbak? Dompet?” Dia menoleh kaget dan menjawab dengan wajah kembali berharap, “Iya mas .” Aku menyambung, “Kayaknya tadi udah diumumkan. Coba tanya mbak  yang di sana itu.” Dia bergegas kembali naik, .

Aku masih di bordes tangga sambil melihat2 buku yg di pajang di antara lantai 1 dan 2, saat aku memilih-milih buku, perempuan itu lewat. Aku menyapa,,”sudah mbak ketemu dompetnya?” tanyaku. Dia menoleh dan menjawab, “Sudah, oh iya terimakasih banyak ya mas ,kata mbak yg di atas mas yg menemukanaku Cuma tersenyum ,,dan diapun berlalu….hmmm...    (by alkahfi)

Senin, 04 Juli 2011

No Title

"jadi?"

"sudahlah biarkan saja seperti ini"

"ini namanya mempermainkan hati?"

"lebih baik seperti ini, aku tak ingin menyeretnya dalam arusan perasaan yang tak menentuku, aku tak bisa memberikan kehidupan yang dia inginkan"

"tidak ada pilihan lain?"

"aku tak akan pernah memilih untuk bersembunyi dari semua mata dengan mencoba bertahan pada harapan bahwa mata-mata itu akan berubah menjadi hangat ketika melihat kami suatu saat nanti. aku tak kan pernah memilih bersembunyi, terihat atau tidak pernah ada sama sekali, itu saja pilihannya"

"kamu harus menjelaskannya?"

"dia tidak butuh penjelasan, cukup tau saja ini tak akan bisa dilanjutkan karena aku tak pernah ingin melawan darahku"

"kamu takutkan? karena saat menjelaskan padanya kamu juga harus menjelaskan perasaanmu, yang kamu rasakan sebenarnya, ini hanya akan membuat keadaan samakin sulit buat kamu! amputasi hati, tak pernah berharap satu detik jika seumur hidup kamu harus berhadapan dengan kenangan. Sadarlah hidup tak akan pernah jauh dari resiko."

“hmm ntah lah,, cukup hanya aku dan bulan yang tahu,,tentang aku.....( by al kahfi )