Jumat, 03 Juni 2011

Mestakung


Aku baru menyadari sepenuhnya.. benar-benar sepenuhnya tentang satu hal. Pemikiran dan imajinasi yang tertancap di bagian tengah otakku ini, hanya bisa bekerja secara benar ketika pikiranku tersambungkan dengan jejaring alam semesta. Ini memang terkesan absurd dan tidak logis. Aku beberapa kali coba melakukan eksperimen untuk mematahkan asumsi tersebut. Beberapa kali aku sengaja melakukan aktivitas yang bertentangan dengan prinsip itu, seperti menuruti  amarah, bersikap abnormal, bekerja secara mekanis, mengabaikan pertanda, mematahkan ranting kayu tanpa sebab,membunuh serangga tanpa sebab, kecoa, ,nyamuk, dll. Singkatnya, mencoba menjadi manusia jahat. Hasilnya benar-benar payah. Aku terlempar ke dalam kubangan gelap, dan otakku benar-benar error, alias invalid. Daya kreativitas menurun tajam, inspirasi buntu, obsesi jadi hambar, tak ada rasa, dan seterusnya.

Secara spiritual, aku harus meyakini bahwa alam semesta memang menyimpan energinya, dan Tuhan ada bersamanya. Tuhan meliputi segalanya… pun Tuhan ada didalamnya. Sebuah buku yang telah lama menanamkan semacam chip ke dalam otakku tentang  energi konektivitas alam, adalah “semesta mendukung”(mestakung) karangan Yohanes Surya  telah menuntunku pada  pengungkapan selubung energi spiritual baru yang kunamakan Spiritual Alam Semesta.
Energi spiritual ini telah mentransformasi diri dari kondisi Minus menuju Zero. Lalu dari kondisi Zero menuju One. Siapapun atau apapun yang mampu menjalin koneksi dengan alam semesta, akan merasakan aliran energi dari alam melalui proses transformasi  yang sulit dijelaskan. Beberapa buku yang juga turut memperkuat konsep Spiritual Alam Semesta diantaranya Tao of Phisics karangan Fritjof Capra, the Secret karangan Rhonda Byrne, dan buku Zuan Falun karangan Li Hong Zi. Lalu film yang cukup kuat mengangkat  konsep ini adalah the Avatar. Masing-masing buku tersebut dan film itu memiliki penekanan yang unik, dan berada pada benang merah yang sama yaitu tentang teknik berteman dengan alam semesta.
Pernah aku coba untuk mengekslporasi yang satu ini. Langit biru di atas sana memancarkan kemegahannya yang anggun. Kata seorang guru(menurut di buku yg aku baca), tataplah langit itu dalam beberapa detik.. tahan.. rasakan transformasi yang terjadi. Lalu, lihatlah laut biru  yang memantulkan kekuatannya yang dalam. Rasakan bagaimana tarian ombak itu menselaraskan tatanan jiwamu dan kau akan temukan kedamaian yang kokoh. Berceritalah kepada angin dan hujan, tentang segala kerunyaman yang ada di kepalamu. Lalu angin dan hujan, akan menghapus serakan-serakan sampah pikiranmu hingga isi kepalamu menjadi bersih dan segar kembali. Selalulah… berbicara kepada alam.. tentang sebuah rahasia terdalam antara kau dengan dia. Suatu saat, alam pun akan membisikimu tentang rahasianya, tentang apa yang akan ia lakukan terhadapmu dan umat manusia.
Entah kenapa kok aku ingin menulis seperti ini. Harusnya aku tak perlu bercerita seolah aku ingin seperti Gede Prama atau Anand Krishna. Ingin sebenarnya aku menulis tentang hal-hal yang lebih ringan, sederhana, yang umumnya ada di kepala manusia kebanyakan. Tapi kok otakku buntu. Malahan dapetnya yang kayak ginian. Kupikir, yah dari pada manyun ntar mikirnya jadi macem2,,

4 komentar:

  1. Menatap langit, aku suka melihat gumpalan awan-awan putih yg nampak lembut atau kala malam bertabur bintang. Dulu aku juga suka menghitung berapa banyak bintang yg (terlihat) berpindah tempat. Aku juga pernah mengamati gerhana bulan mulai awal hingga proses kembali muncul ke permukaan langit..Menatap langi memberi kita nuansa religi tersendiri...

    BalasHapus
  2. Superr sekali!! sangat setuju dengan kalimat Semesta Mendukung... jadi pengeen banget baca bukunya... >_<

    BalasHapus
  3. super skali lgi-lgi ska

    BalasHapus